Penulis: Oleh: dr Tiur Marlina Siregar PNS Pustu Kemang Masam,
Muntok, Bangka Barat
Glaukoma adalah istilah yang digunakan untuk kelompok penyakit mata
yang ditandai dengan peningkatan tekanan di dalam bola mata atau
tekanan intra-okuler (TIO) sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik
yang membentuk bagian-bagian retina di belakang bola mata. Saraf
optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan
bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.
Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses
hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-
obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada
kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin,
apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap
akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba
meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).
Pada fase lanjut glaukoma memiliki gejala-gejala seperti penglihatan
kabur, sakit kepala, melihat pelangi bila melihat cahaya terang serta
hilangnya penglihatan sisi samping.
Pada fisiologi mata yang normal, cairan di dalam mata dihasilkan oleh
badan siliar di bilik mata di belakang, berdifusi melalui pupil ke
dalam bilik mata depan. Cairan ini akan dialirkan ke dalam sistem
pembuluh darah melaui anyaman trabekulum schlemm yang terdapat di
sudut bilik mata depan.
Glaukoma didefinisikan sebagai peningkatan TIO secara mendadak dan
sangat tinggi akibat hambatan di anyaman trabekulum. Keadaan itu
merupakan suatu kedaruratan mata yang termasuk true emergency.
Secara khusus gejala klinis glaukoma dibagi menjadi glaukoma yang
akut dan kronis. Berdasarkan anatomi sudut bilik mata depan, glaukoma
dibedakan atas glukoma sudut tertutup dan glukoma sudut terbuka,
sedangkan berdasarkan penyebabnya, glukoma dibedakan menjadi glaukoma
primer dan sekunder.
Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum,
karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang
ke bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan
menurunnya ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah
dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan
pencernaan atau gastritis.
Risiko terjadinya glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun terkena glaukoma. Angka ini
dapat bertambah bila usia semakin bertambah pula. Begitunya riwayat
anggota keluarga yang terkena glaukoma sebelumnya, pemakaian obat-
obat steroid dalam jangka waktu lama, riwayat trauma pada mata,
penyakit-penyakit sistemik seperti penyakit darah tinggi, penyakit
gula.
Pemeriksaan mata lebih lanjut diperlukan guna memastikan diagnosis
glaukoma. Pemeriksaan mata tersebut meliputi tajam penglihatan,
pemeriksaan mata luar, pupil pergerakan bola mata, pemeriksaan lapang
pandang dengan humprey visual field test, pemeriksaan fundus, dan
pemeriksaan tekanan dalam bola mata dengan Non Contac Tonometry (NCT).
Glaukoma menyebabkan menurunnya penglihatan hingga 1/300. Akibatnya,
penderita hanya melihat gerakan tangan saja (hand movement). Tekanan
bola mata yang meningkat tinggi umumnya melebihi 50 mmHg.
Meningkatnya tekanan bola mata itu dapat menyebabkan kerusakan dan
iskemia saraf mata serta oklusi pembuluh darah retina. Pemeriksaan
lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan gonioskopi dan
funduskopi dengan melihat keadaan bilik dan saraf mata akibat
peningkatan tekanan.
Untuk menurunkan tekanan bola mata, penderita harus segera dirujuk ke
rumah sakit. Posisi yang dianjurkan pada penderita glaukoma adalah
terlentang dan tidak boleh diberikan penutup mata. Di ruang unit
darurat terapi glaukoma akut diusahakan menurunkan tekanan bola mata,
menekan inflamasi, dan mengembalikan sudut bilik mata depan yang
menutup. Seharusnya pengobatan glaukoma dilakukan oleh spesialis
mata, namun dokter umum dapat melakukan terapi sementara bila tidak
ada spesialis mata sebelum akhirya melakukan konsul spesialis mata.
Terapi inisial terdiri dari asetazolamid, tetes mata beta bloker dan
kortikosteroid topical. Azetazolamid diberikan dengan dosis 500 mg
intravena, diikuti pemberian oral 500 mg atau 1000 mg oral.
Beta bloker topical yang digunakan adalah timolol 0,5 % atau
betaxolol 0,5 % dengan dosis 2 kali sehari. Beta bloker dan
asetazolamid menurunkan produksi humor akuos dan membuka sudut bilik
mata depan. Obat alpha agonist topikal, misalnya brimonidin dapat
ditambahkan guna menurunkan tekanan bola mata lebih lanjut.
Kortikosteroid topikal, dengan aau tanpa antibiotik, dapat mengurangi
reaksi inflamasi pada penderita glaukoma dan mengurangi saraf optik.
Terapi simptomatik dapat diberikan untuk mengatasi gejala, misalnya
analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada mata, serta anti muntah
untuk mengatasi mual dan muntah.
Setelah terapi inisial, harus dilakukan penilaian ulang terhadap
tekanan bola mata dan pertimbangan untuk melakukan terapi lanjut
seperti pemberian agen hiperosmotik oral. Bila no belum turun,
diberikan larutan gliserin 50% oral dengan dosis 4 kali 100 - 150 ml
sehari, yang diberikan dengan ditambahkan jus buah dan batu es untuk
mengurangi efek mual pada penderita saat minum larutan tersebut. Obat
lain adalah isosorbid (dapat diberikan pada penderita diabetes
militus) dan manitol intravena 20% yang diberikan dalam jumlah
400-500 ml.
Obat hiperosmotik tidak dapat diberikan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler dan penyakit ginjal. lridotomi laser merupakan terapi
definitive glaukoma sudut tertutup akut, yang dilakukan 24-48 jam
setelah tekanan bola mata terkontrol. Saat ini iridotomi laser
merupakan pilihan utama, namun jika fasilitas laser belum tersedia
dapat dilakukan iridektomi dengan pembedahan.
Penatalaksanaan glaukoma sekunder akut tergantung pada penyebabnya.
Bila disebabkan katarak hipermatur, dilakukan bedah katarak. Bila
disebabkan uveitis, dilakukan terapi terhadap uveitis, selain
menurunkan tekanan bola mata.
Semlia terapi ini pada prinsipnya adalah bertujuan untuk menurunkan
tekanan bola mata. Untuk pengobatan/terapi yang cocok disarankan
sesuai kondisi penyakit glaukoma dan kondisi keadaan umum pasien.
Sebagian obat-obatan glaukoma dapat berinteraksi ke dalam tubuh,
sehingga obat-obatan tertentu merupakan kontraindikasi.
Penyakit-penyakit yang mungkin kontraindikasi dengan penyakit
glaukoma yaitu: penyakit asma, penyakit gangguan irama jantung,
alergi terhadap sulfa. Keadaan umum lain yan merupakan kontraindikasi
ialah kehamilan. Obat-obatan glaukoma sebagian besar disekresi ke air
susu dan dapat menembus plasenta. Jadi penderita glaukoma yang sedang
hamil disarankan melakukan prosedur laser atau pembedahan untuk
pengobatan glaukomanya.
Oleh karena itu sangat penting bagi pasien untuk memberitahukan
penyakit-penyakit yang diderita lama sehingga dokter dapat memilih
terapi dan pengobatan yang sesuai.