Jumat, 09 Juli 2010

Membaca di Cahaya Redup Tidak Merusak Mata


Jakarta, Selama ini masyarakat mengetahui bahwa membaca di tempat yang bercahaya remang bisa merusak mata. Namun yang sebenarnya terjadi adalah tidak merusak mata, namun mata mengalami ketegangan.

Kondisi ini biasanya seringkali dilakukan anak-anak sebelum menjelang waktu tidur. Dengan hanya ditemani cahaya redup atau remang dikamarnya, anak-anak membaca buku cerita, komik atau buku lainnya.

Seperti dikutip dari Howstuffworks, Sabtu (10/7/2010) sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal diungkapkan bahwa membaca di bawah cahaya rendah tidak merusak mata, tapi menyebabkan ketegangan mata. Karena ketika seseorang membaca atau berjalan di cahaya redup, maka mata akan menyesuaikan dengan beberapa cara.

Pertama, retina mata akan mulai memproduksi zat kimia yang lebih sensitif terhadap cahaya, bahkan zat kimia ini dapat mendeteksi cahaya yang dikonversikan ke sinyal listrik serta mengirimkan sinyal ke otak.

Kedua, iris otot menjadi rileks sehingga menyebabkan pembukaan mata. Hal ini memungkinkan mata untuk mengumpulkan cahaya sebanyak mungkin, sehingga sel-sel saraf retina bisa beradaptasi dengan cahaya rendah agar retina mata bisa bekerja pada cahaya rendah.

Saat membaca di tempat dengan cahaya redup, fokus akan menjadi lebih sulit, hal ini yang membuat mata harus bekerja keras untuk bisa memisahkan kata dan mata menjadi lebih tegang.

Jika mata bekerja keras untuk waktu yang panjang, maka mata akan menjadi lelah meskipun banyak otot yang digunakan. Kondisi ini dapat mengakibatkan beberapa efek fisik seperti mata sakit, gatal, sakit kepala, nyeri punggung dan leher serta penglihatan berkurang. Selain itu terkadang seseorang jarang berkedip karena terlalu fokus pada satu objek, sehingga kemungkinan bisa mengalami mata kering dan rasa tidak nyaman.

Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus, maka ketegangan mata akan semakin meningkat. Jika gejala yang dialami tidak berkurang, maka kemungkinan orang tersebut memiliki masalah mendasar seperti mata rabun jauh.

Sebagian besar beranggapan bahwa membaca di cahaya redup menyebabkan kerusakan permanen, kemungkinan karena seseorang sudah memiliki masalah mendasar mengenai rabun jauh dan ditambah dengan terjadinya ketegangan mata.

Karena itu sebaiknya membaca dengan menggunakan cahaya yang baik, yaitu cahaya yang tidak terlau redup tapi juga tidak terlalu silau sehingga mata tidak mengalami ketegangan. Selain itu usahakan untuk sering berkedip jika terlalu fokus pada suatu objek dan lihatlah ke luar jendela setiap 15-30 menit.

(ver/ir)

Kamis, 01 Juli 2010

Ilmuwan Bikin Aplikasi iPhone untuk Cek Mata


Jakarta - Sekumpulan ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, mengembangkan sebuah aplikasi iPhone yang bisa digunakan untuk memeriksa mata.

Aplikasi bernama Near-Eye Tool for Refractive Assessment (NETRA) ini berfungsi sebagai alat tes kesehatan mata, melakukan diagnosa, dan memberi saran kacamata yang dibutuhkan.

Ramesh Raskar dari MIT menyebutkan, NETRA yang dikembangkan bersama timnya ini merupakan alat pendeteksi mata yang cukup canggih, mudah digunakan dan harganya terjangkau.

Dengan demikian, pasien tak selalu harus berkunjung ke dokter mata, melainkan bisa melakukan periksa mata sendiri. "Anda hanya perlu menggunakan ponsel. Ini merupakan alat optik yang murah di antara sekian banyak alat opik lainnya yang sangat mahal," ujarnya.

DetikINET kutip dari Daily Mail, Kamis (1/7/2010), pasien cukup menguji penglihatan mereka dengan menatap lensa plastik kecil yang dipasangkan pada layar iPhone.

Tes seperti ini dilakukan sebanyak delapan kali untuk setiap mata. Kemudian, aplikasi tersebut akan menganalisa hasilnya dan menampilkan resep atau saran terbaik hanya dalam hitungan menit.

Dalam tes tersebut, pasien menekan tombol untuk mencocokan posisi serangkaian warna hingga mereka tumpang tindih. Semakin sering mereka menekan tombol, artinya semakin buruk tingkat penglihatan mereka. ( rns / rou )

Jumat, 18 Juni 2010

Makanan Untuk Kesehatan Mata


Mata adalah panca indera manusia yang sangat penting/esensial. Dapat dibayangkan jika kita mengalami kerusakan mata atau kebutaan, kita tidak dapat menikmati dan merasakan betapa indahnya alam semesta ini. Kenyataannya kita sering lupa untuk melakukan perawatan mata, padahal seperti halnya bagian tubuh yang lain, mata mungkin saja terkena gangguan atau masalah kesehatan. Gangguan-ganguan tersebut bisa disebabkan oleh udara yang tidak bersih atau terpolusi, radiasi sinar matahari, radiasi akibat terlalu lama di depan komputer, dan gangguan-gangguan lainnya.
Studi yang dilakukan oleh Eye Disease Prevalence Research Group(2004) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan di dunia akan mencapai 55 juta jiwa. Studi ini menyebutkan juga bahwa penyakit mata dan kebutaan akan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Seseorang yang berumur 80 tahun keatas yang merupakan 8% dari total penduduk, mengalami kebutaan sebanyak 69%.

Gangguan kesehatan pada mata yang umum terjadi adalah penurunan fungsi penglihatan, gejala mata merah tanpa ada penurunan fungsi penglihatan, dan mata merah dengan fungsi penglihatan turun. Sampai saat ini, penyakit mata yang banyak diderita adalah katarak, glukoma, dan infeksi.
Seiring dengan meningkatnya perhatian dan pengetahuan pengaruh gizi terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mata menyebabkan pesatnya pertumbuhan pasar terhadap produk-produk kesehatan mata. Sebagian besar produk-produk untuk kesehatan mata yang dipasarkan sekarang berbentuk suplemen. Selain senyawa antioksidan (vitamin A, C, dan E) yang sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan mata, senyawa lain seperti lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin, baru-baru ini diketahui sebagai senyawa yang dapat meningkatkan kesehatan mata.

Lutein suatu kelompok senyawa karotenoid berwarna kuning yang banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau. Lutein terdapat di macula dan dipercaya dapat melindungi mata dari kerusakan oksidatif oleh sinar radiasi ultraviolet (UV).

Macula berada di tengah-tengah retina dan bersebelahan langsung dengan lensa mata. Macula merupakan daerah kecil yang mengandung jutaan sel yang membantu menghasilkan penglihatan yang tajam untuk membaca atau melihat obyek dengan jelas.

Senyawa karotenoid lain yang terdapat di dalam macula adalah adalah zeaxanthin, yang diketahui dapat memberikan manfaat untuk kesehatan mata.

Penelitian yang dilakukan oleh Chitchumroonchokchai dan koleganya pada tahun 2004 dari Ohio State University, menunjukkan bahwa lutein dan zeaxanthin dapat melindungi sel lensa manusia dari paparan sinar UV, yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit katarak. Selain itu, mereka membandingkan aktivitas antioksidan lutein dan zeaxanthin dengan vitamin E. Hasilnya menunjukkan bahwa lutein dan zeaxanthin menunjukkan aktivitas 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin E dalam melindungi sel lensa dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Pada tahun yang sama juga dilakukan penelitian oleh Neuringer dan kolega, menujukkan kemampuan lutein dan zeaxanthin dalam meningkatkan kesehatan mata. Sedangkan pengujian pada hewan yang disponsori oleh DSM Nutritional Products Swiss, menunjukkan bahwa suplementasi atau penambahan lutein dan zeaxanthin meningkatkan aktivitas antioksidan di dalam darah.

Kelompok senyawa karotenoid lainnya yang ternyata memiliki kemampuan untuk melindungi macula dari paparan sinar UV adalah astaxanthin. Guerin et al. (2003) menyebutkan bahwa kemampuan antioksidan dan anti-inflamasi senyawa astaxanthin dapat memberikan efek perlindungan mata dari sinar UV.

Sampai saat ini aktivitas antioksidan dari senyawa lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin memberi jawaban mekanisme terjadinya peningkatan kesehatan mata. Radikal bebas yang berasal dari sinar UV atau cemaran udara, masuk ke mata mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi molekul-molekul rentan pada lensa mata.

Molekul tersebut adalah protein dan lemak yang menyusun lensa mata. Efek dari oksidasi ini menyebabkan rusaknya protein atau lemak pada lensa mata. Seiring dengan bertambahnya usia dan semakin terakumulasinya tekanan radikal bebas, protein dan lemak yang rusak tersebut akan semakin besar jumlahnya. Itulah yang membuat penglihatan kabur dan lama-kelamaan menjadi buta.

Lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin menangkapi radikal bebas (radical scavenger activity) dengan cara berikatan dengannya sebelum radikal-radikal tersebut merusak protein atau lemak lensa mata. Atau dengan kata lain lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin dapat disebut sebagai protektor lensa mata terhadap serangan radikal bebas.

Karotenoid banyak ditemukan pada sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, sayuran berwarna hijau seperti brokoli, dan buah-buahan berwarna merah dan kuning-jingga, seperti tomat, arbei, semangka, dan mangga. Jadi dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara teratur dapat memenuhi kebutuhan lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin setiap harinya. Selain itu efek lain mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan adalah meningkatkan asupan serat makanan yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Selasa, 15 Juni 2010

Laser Pointer Juga Bisa Merusak Retina Mata


Liverpool, Laser pointer seringkali digunakan untuk membantu seseorang saat mempresentasikan sesuatu. Tapi sebaiknya laser ini tidak diarahkan ke mata, karena bisa menyebabkan kerusakan retina.

Hal ini dikemukakan oleh dokter dari Royal Liverpool Hospital dan Manchester Eye Hospital. Kondisi ini didasari setelah petugas medis melakukan operasi terhadap seorang remaja yang matanya terkena sinar laser hingga menyebabkan luka bakar dan kerusakan retina. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap remaja tersebut menunjukkan adanya scotomas atau bintik-bintik hitam di dalam penglihatannya.

Meskipun remaja tersebut masih bisa memiliki penglihatan yang normal, tapi ia berisiko terkena masalah dikemudian hari dalam kehidupannya sebagai akibat dari kerusakan retina.

"Cedera seperti ini biasanya disebabkan jika seseorang menggosok matanya secara persisten setelah matanya terkena sinar laser," ujar juru bicara dari Health Protection Agency, seperti dikutip dari BBC, Rabu (16/6/2010).

Para ahli telah menyadari bahwa kerusakan retina ini bisa menyebabkan penglihatan yang abnormal akibat dari kekuatan tinggi sinar laser pointer. Jika disalah gunakan dengan menyinari mata seseorang meskipun dalam hitungan beberapa detik saja, sudah bisa menyebabkan kerusakan pada retina.

"Laser pointer itu seperti menipu. Sekilas alat ini tampak aman, tapi ternyata bisa sangat berbahaya karena memiliki berkas cahaya yang kuat sehingga intensitasnya pun tinggi," ujar Barbara McLaughlan, manajer kampanye dari Royal National Institute of Blind People.

Studi penelitian mengenai hal ini telah dipublikasikan dalam British Medical Journal.

Karenanya jangan sekali-kali menyoroti sinar laser ke arah mata meskipun tertulis bahwa laser tersebut memiliki daya hanya miliwatt saja. Hal ini karena laser memiliki sifat cahaya yang fokus, monokromatis serta koheren (searah dan saling menguatkan).

(ver/mer)

Jumat, 04 Juni 2010

Tentang Snellen Chart


Anda pasti mengenali poster berikut di toko optik atau poliklinik mata. Namanya Snellen chart. Fungsi poster ini adalah untuk mendeteksi tajam penglihatan seseorang. Lalu apa hubungannya dengan kacamata?

Berhubung ada perbedaan antara sistem pengukuran yang dipakai di Indonesia (juga sebagian besar negara lain di dunia!) dan Amerika Serikat, Snellen chart ini pun terdapat dalam dua versi angka. Yang satu dalam angka metrik dan yang satu lagi dalam angka imperial. Snellen chart metrik dinyatakan dalam pembanding 6 meter (6/6, 6/9, 6/12, dan seterusnya sampai 6/60). Sedangkan Snellen chart imperial adalah seperti yang terdapat di gambar di bawah ini. Angkanya dinyatakan dalam pembanding 20 kaki (20/20 sampai 20/200). Apakah 20 kaki sama dengan 6 meter? Sebenarnya tidak: 20 kaki sama dengan 6 meter lebih 10 cm (tepatnya 609.6 cm). Tapi tentu saja kelebihan 10 cm itu boleh diabaikan.

Lalu apa fungsi angka pecahan yang ada di samping tiap baris? Dalam pemeriksaan tajam penglihatan, angka yang berperan penting adalah angka di sebelah baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek. Misalnya subjek hanya bisa membaca sampai baris 6/9. Ini berarti orang dengan tajam penglihatan normal sudah dapat membaca baris tersebut pada jarak 9 meter. Sementara itu subjek baru dapat membacanya pada jarak 6 meter. Semakin tinggi letak baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek, berarti semakin buruk tajam penglihatannya.

Subjek yang tidak dapat membaca sampai dengan baris 6/6 (atau 20/20) mungkin mengalami gangguan penglihatan karena penyakit organik pada mata, atau gangguan refraksi murni. Penyakit organik pada mata berarti ada kelainan struktural yang mengakibatkan tajam penglihatan menurun. Misalnya ada kerusakan pada kornea ataupun kekeruhan pada lensa (pada katarak). Namun pada gangguan refraksi murni, tidak ada kelainan struktural yang ditemukan pada mata. Untuk membedakan keduanya digunakan pemeriksaan pinhole. Pinhole adalah sebuah layar hitam dengan lubang kecil di tengah yang dipasang di depan mata yang diperiksa. Jika tajam penglihatan membaik dengan bantuan pinhole, berarti tidak ada kelainan struktural pada mata.

Jika seseorang tidak dapat membaca Snellen chart sama sekali bahkan dengan bantuan lensa, pemeriksaan selanjutnya adalah hitung jari (count fingers). Orang normal dapat menghitung jari pada jarak 60 meter. Jadi apabila subjek baru dapat menghitung jari pada jarak 2 meter, berarti tajam penglihatannya 2/60. Pemeriksaan berikutnya adalah lambaian tangan (hand motion). Orang normal dapat melihat lambaian pada jarak 300 meter. Sama seperti hitung jari, apabila subjek baru dapat melihat lambaian pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya 1/300. Pemeriksaan terakhir adalah ada atau tidaknya persepsi sinar (light perception).

Trivia

* Snellen chart dinamai menurut penemunya, yaitu seorang dokter mata dari Belanda bernama Hermann Snellen.
* Oleh WHO, seseorang yang tidak dapat membaca huruf teratas pada Snellen chart setelah dibantu dengan kacamata sudah dianggap buta secara hukum. Di lain pihak, cukup banyak orang miopia yang tidak mampu membaca huruf teratas pada Snellen chart tanpa bantuan kacamata. Orang-orang seperti ini tidak termasuk di dalam kategori buta secara hukum itu, karena setelah dibantu kacamata mereka umumnya tidak bermasalah untuk membaca huruf di baris 6/6 atau bahkan di bawahnya.
* Pada sebagian Snellen chart, ada baris 6/5, 6/4, dan 6/3 (seperti yang terlihat pada gambar). Namun jika dalam aspek peresepan kacamata, baris-baris tersebut tidak bermakna.
* Snellen chart dianggap kurang objektif dalam menilai tajam penglihatan, karena jumlah huruf yang berbeda-beda pada tiap baris dan jarak huruf yang semakin dekat pada baris-baris bawah.
* Untuk anak yang belum dapat membaca ataupun orang buta huruf, seluruh huruf di Snellen chart diganti dengan huruf E. Subjek diminta mengatakan ke mana arah huruf E membuka. Chart modifikasi ini disebut juga Tumbling-E chart. Khusus untuk anak juga kadang dipakai poster bergambar (Allen chart) atau HOTV chart (Snellen chart yang hanya berisi huruf H, O, T, dan V).

(hnz)